Bagan Analisis Masyarakat Desa Trembes |
Trembes dulunya bernama Gares karena
wilayahnya yang gersang dan kurang air sehingga tanaman apapun yang ditanam
susah untuk bertahan hidup. Sampai pada saat dimana datang seorang penunggang
kuda yang bernama Merti Hadikusuma melintas di wilayah desa ini. Karena
karomahnya, bekas injakan kaki kuda yang ditunggangi mengeluarkan rembesan air
dari dalam tanah. Sejak peristiwa itu maka masyarakat menyebutnya dengan Desa
Trembes.
Trembes merupakan salah satu desa yang
berada di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Desa ini berada di bawah
kaki Gunung Botak (sebagian orang menyebutnya dengan Gunung Mayit) yang
merupakan serangkaian dari Pegunungan Kendeng Utara (Pegunungan Serayu Utara), yang
notabene merupakan pegunungan kapur/karst. Dengan keadaan tersebut membuat
Trembes memiliki wilayah yang kurang akan air di permukaan akibat sifat batuan
kapur yang sangat mudah meloloskan air. Meskipun berada di wilayah Kabupaten Rembang
yang mempunyai wilayah perairan laut, namun jarak Desa Trembes sangat jauh dari
pantai karena letaknya di Rembang paling selatan dan mempunyai wilayah hutan
bagian dari Perhutani.
Dengan tidak memiliki wilayah perairan
laut, maka mayoritas masyarakat Trembes bermatapencaharian sebagai petani. Jenis
lahan pertanian di sini yaitu sawah, tegalan, dan persil (huma).
Dari kondisi geografis yang telah dijelaskan di atas maka sawah di sini
merupakan sawah tadah hujan, yang sumber perairannya memanfaatkan air hujan.
Jenis tanaman yang ditanampun harus berdasarkan musim, karena kebutuhan air
yang tersedia juga dari alam. Padi merupakan tanaman yang ditanam pada musim
penghujan, karena di musim tersebut air tersedia dengan intensitas yang tinggi
dan padi butuh akan banyak air. Untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah, maka
di desa ini dibangun waduk untuk menampung air hujan. Sebenarnya terdapat tiga
waduk, namun yang masih berfungsi dengan baik hanya satu waduk, dua waduk yang
lainnya sudah beralih fungsi sebagai sawah. Biasanya di musim kemarau
masyarakat banyak memanfaatkan lahan sawah untuk ditanam tanaman dengan
kebutuhan air yang sedikit, seperti jagung, semangka, kacang-kacangan, atau
wijen. Untuk lahan pertanian yang merupakan tegalan atau persil
dimanfaatkan masyarakat dengan menanam ketela pohon atau jagung. Mulai dari
tahun 2011 banyak masyarakat yang menanam tembakau untuk memanfaatkan lahan
pada musim kemarau. Dengan menanam tembakau kendala tidak hilang begitu saja.
Masyarakat penanam tembakau terikat kontrak dengan perusahaan rokok, dimana
bibit disediakan oleh perusahaan tersebut namun penjualan juga hanya bisa
dijual disana. Apabila dijual selain pada perusahaan tersebut maka di tahun
yang akan datang kontrak diputus. Biaya dan tenaga untuk proses penanaman serta
pengolahan menjadi potongan daun tembakau juga dari petani sendiri. Harga
tembakau ditentukan berdasarkan kualitas kelas yang semu, jadi masyarakat hanya
bisa ‘pasrah’ karena tidak bisa menentukan atau bernegosiasi soal harga daun tembakau.
Masyarakat Desa Trembes keseluruhannya
manganut agama Islam, dengan terbagi atas dua ormas Islam yaitu Nahdlatul Ulama
(NU) dan Muhammadiyyah. Masyarakat cenderung menganut budaya politik kawula
dimana mereka mengikuti pemuka agama setempat. Adapun wilayah pemukiman
penduduk terpusat di tengah desa dengan dikelilingi sawah di bagian barat,
utara, dan timur; dan hutan di bagian selatan. Terdiri dari sepuluh rukun
tetangga (RT) dan hanya satu rukun warga (RW) dengan tidak adanya dukuhan, seharusnya
Desa Trembes bisa melakukan pembangunan lebih maksimal. Terlebih di desa ini juga
terdapat fasilitas yan tersedia untuk umum diantaranya masjid, TK, SD, madrasah
diniyah, beberapa TPQ, dan PUSTU. Namun pada kenyataannya pembangunan kurang
berjalan dengan baik khususnya akses jalan atau gang kecil di dalam desa.
Banyak jalan yang rusak dan tidak terawat dengan baik dan masih banyak yang
hanya berupa jalan setapak. Sebenarnya dengan adanya PNPM Mandiri Pedesaan pada
tahun 2010 dana yang diberikan oleh pemerintah pusat sudah sebagian
dimanfaatkan untuk pembangunan jalan, namun saat ini banyak jalan yang sudah
rusak. Sedangkan sebagian dana yang lain dimanfaatkan untuk pembangunan
madrasah diniyah.
Kesadaran dan kehidupan yang berbeda
juga menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat semakin kentara. Masyarakat
di wilayah selatan desa memiliki ekonomi yang rata-rata menengah keatas dengan
kesadaran pendidikan yang sangat tinggi. Di bagian sini masyarakatnya banyak
yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi dan juga sudah banyak yang lulus
dengan menyandang gelar sarjana. Akan tetapi banyak para sarjana yang
menganggur dan bekerja tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni semasa di
perguruan tinggi. Sedangkan masyarakat di wilayah utara memiliki ekonomi yang
rata-rata menengah kebawah dengan kesadaran pendidikan yang rendah, kebanyakan
anak perempuan langsung menganggur setelah lulus MTs atau SMP lalu menikah di
usia muda. Sedangkan untuk anak laki-laki melanjutkan pendidikan hanya sampai
di jenjang sekolah menengah atas, sehingga untuk mencari pekerjaan yang lebih
baik juga menjadi sulit karena kondisi zaman yang semakin maju. Akibatnya dari
mereka juga banyak yang menetap di desa dengan ikut bekerja di sawah dengan
pengetahuan yang kurang memadai, kalaupun ada yang di luar desapun juga
merantau menjada pekerja ‘kasaran’. Interaksi sosial antar masyarakat kurang
begitu terbentuk, hal ini terbukti dengan banyaknya organisasi desa yang tidak
berjalan seperti karang taruna, kelompok tani, dan PKK.
Dengan melihat semua uraian di atas,
bisa dikatakan bahwa kondisi masyarakat di Desa Trembes dari segi ekonomi masih
kurang baik. Terbukti dengan adanya banyak pemuda yang menganggur, kurangnya
kebutuhan air untuk pertanian karena masih bergantung pada alam, dan
infrastuktur sebagai akses perekonomian kurang baik. Dari segi kehidupan sosial
juga masih memperihatinkan, masih terdapat sebagian masyarakat yang belum sadar
akan pentingnya pendidikan dan masa depan, organisasi desa yang tidak berjalan
dengan baik, serta banyak lulusan sarjana yang kurang bisa menerapkan ilmunya
dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Trembes.
2. Rencana Penyelesaian Problem di Desa Trembes
sebagai Langkah dalam Pembangunan
Bagan Rencana Kerja Desa Trembes |
Setelah mengetahui realitas di Desa
Trembes dan berbagai problematika yang terjadi, maka bisa dilakukan perencanaan
yang digunakan untuk melakukan perbaikan. Perencanaan tersebut bisa tertuang
dalam program kerja sesuai bidang pembangunan, problematika yang terjadi, dan
langkah yang bisa ditempuh. Dengan demikian maka pemetaan pembangunan bisa
berjalan tepat sasaran sehingga dihasilkan manfaat yang maksimal. Berikut ini
akan dijabarkan poin-poin rencana kerja untuk memetakan pembangunan.
a.
Bidang
Perekonomian
1)
Pengangguran:
Pelatihan dan kesempatan
Faktor utama yang menyebabkan adanya
pengangguran di Desa Trembes terutama para pemudanya adalah kurangnya
keterampilan dan pengetahuan. Hal tersebut bisa teratasi apabila para pemuda
mendapatkan pembekalan dengan diadakannya pelatihan. Pelatihan bisa dilakukan
dengan kerjasama antara pemerintah desa, dinas sosial, maupun ormas Islam
setempat. Ada beberapa pelatihan yang sesuai dengan masyarakat di wilayah desa,
karena dengan jenis pelatihan yang tepat maka akan lebih berguna bagi
masyarakat. Adapun pelatihan yang tepat diantaranya adalah pelatihan tata boga,
menjahit, kriya, komputer, dan internet. Bagi para pemudi pelatihan tata boga
bisa menjadi awal untuk melakukan bisnis dengan membuat kue, baik kue basah
maupun kue kering. Bisnis kue bisa dijalankan sebagai industri skala rumahan
secara bersama sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang banyak dari wilayah
sendiri. Kemampuan menjahit yang dilatihkan bisa digunakan sebagai bekal untuk
keterampilan membuat pakaian, bila dikembangkan juga bisa untuk menjadi
kemampuan membordir atau kerajinan yang memanfaatkan keterampilan menjahit. Bagi
para pemuda bisa memanfaatkan pelatihan kriya dan komputer. Pelatihan kriya
berguna untuk mengolah hasil alam atau bahan bekas menjadi barang yang lebih
berdaya guna, sedang untuk pelatihan komputer bisa bermanfaat sebagai kemampuan
untuk memperbaiki komputer atau peralatan elektronik rusak lainnya, karena pada
zaman ini barang elektronik sudah menjadi bagian kehidupan yang biasa
digunakan. Adapun pelatihan internet ilmunya bisa dimanfaatkan sebagai sarana
promosi untuk produk olahan yang dihasilkan, seperti kue, kerajinan bordir, dan
kriya.
Sedangkan kesempatan disini diartikan
sebagai pemanfaatan peluang yang tersedia. Desa Trembes berada di wilayah
Kecamatan Gunem, dimana di wilayah ini didirikan pabrik semen milik PT. Semen
Indonesia tepatnya di Desa Tegaldowo. Sehingga dengan begitu Trembes masuk
dalam Ring 2 penyerapan tenaga kerja pabrik semen. Hal tersebut membuat
peluang yang terbuka lebar bagi masyarakat Trembes terutama pemuda untuk bisa
diterima sebagai karyawan di sana. Dengan kondisi tersebut pemerintah desa bisa
memberi saran bagi pemuda yang menganggur untuk melamar di pabrik semen.
2)
Kebutuhan
air untuk persawahan: Irigasi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa di
Trembes terdapat tiga waduk, namun hanya satu yang berfungsi, sedangkan lainnya
telah beralih fungsi. Untuk itu dibutuhkan ketegasan bagi pemerintah desa untuk
melarang penggunaan waduk sebagai lahan persawahan. Dengan dihentikannya dua
waduk yang digunakan lahan persawahan, maka kedua waduk tersebut bisa
diaktifkan sesuai fungsi sebenarnya. Apabila ketiga waduk telah sesuai
fungsinya maka persediaan air untuk persawahan bisa terpenuhi.
Jika kebutuhan air telah sesuai harapan
maka selanjutnya memperbaiki saluran irigasi. Irigasi diatur sedemikian rupa
supaya semua sawah milik warga bisa mendapat air dengan adil. Supaya
menghindari konflik maka diperlukan petugas khusus yang disepakati bersama
untuk mengatur penjadwalan aliran air. Misalnya apabila persawahan bagian timur
mendapatkan jatah irigasi di siang hari, maka di malam harinya adalah giliran
persawahan bagian barat yang mendapatkan jatah irigasinya.
3)
Infrastruktur:
Perbaikan
Infrastruktur menjadi kebutuhan yang
penting dalam hal ekonomi, terutama jalan. Karena dengan jalan maka kegiatan
ekonomi bisa mudah dan berjalan lancar. Banyak jalan yang sudah rusak di Desa
Trembes, bahkan jembatan penghubung Trembes antar desa Kecamatan Gunem di
sebelah selatan terputus. Akibatnya kondisi perekonomian sedikit terhambat,
terutama bagi para pedagang dari Trembes yang memiliki kios di Pasar Tegaldowo
yang melewati jembatan tersebut. Sehingga mereka harus memutar dengan jarak
yang lebih jauh untuk berjualan di kiosnya.
Permasalahan tersebut bisa teratasi bila
dari warga desa bisa saling berpartisipasi untuk membangun kembali jembatan.
Apalagi Semen Indonesia juga sudah banyak memberi bantuan berupa dana untuk
desa sejak awal pendiriannya pada 16 Juni 2016. Apalagi setiap desa saat ini
telah menerima bantuan pemerintah berupa “Dana Desa”. Setelah dikeluarkannya
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa, di tahun 2016
ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal
desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Prioritas
pertama penggunaan dana desa yaitu untuk membangun infrastruktur antara lain
jalan, irigasi, jembatan sederhana, dan talud. Dana tersebut bisa dimanfaatkan
untuk membeli material yang diperlukan dalam pembangunan jalan dan jembatan.
Sehingga dengan demikian kegiatan ekonomi masyarakat bisa berjalan normal
kembali.
b.
Bidang
Sosial
1)
Kesadaran
pendidikan: Sosialisasi
Sebagaian masyarakat Trembes memang
belum sadar akan pentingnya pendidikan. Untuk itu diperlukan sosialisasi untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Apalagi saat ini banyak
perusahaan yang mensyaratkan untuk calon karyawan harus lulus dari pendidikan
tinggi. Karena semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula
pengetahuan dan keterampilan dalam menjalankan pekerjaannya. Apalagi sekarang
program pemerintah tidak lagi wajib belajar sembilan tahun, melainkan sudah
berganti menjadi wajib belajar duabelas tahun. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan SDM apalagi saat ini sudah era masyarakat ekonomi ASEAN. Tentunya
program ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat juga melakukannya.
Lembaga pendidikan dan pemerintah desa dituntut untu bisa menumbuhkan kesadaran
pendidikan dalam masyarakat.
Banyak sarjana di Desa Trembes yang
bekerja tidak sesuai bidangnya. Misalnya sarjana ekonomi yang bekerja menjadi
petani seperti halnya orang yang tidak sarjana. Salah satu penyebabnya adalah
tidak tersedianya fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas bisa bermanfaat
bagi para sarjana tersebut untuk menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Seperti
contoh adalah penyediaan lahan kosong bagi sarjana pertanian atau sarjana
agroteknologi untuk mengembangkan tanaman hasil pemuliaan. Apabila telah
mendapatkan hasilnya maka dibagi dua untuk setengahnya masuk kas desa. Jadi
ilmu yang mereka dapatkan tidak menjadi ‘sia-sia’ karena keterbatasan
fasilitas.
3)
Organisasi
desa: Pengaktifan kembali
Organisasi
sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam proses interaksi sosial. Dalam lingkup
desa organisasi bisa menjadi wadah bersama dalam melakukan pembangunan. Trembes
juga memiliki berbagai organisasi seperti halnya desa yang lain. Namun banyak
organisasi yang tidak terurus atau mangkrak karena ketidak-aktifan anggotanya.
Perlu disediakan waktu untuk mengumpulkan masyarakat yang secara khusus
membahas pengaktifan kembali organisasi yang ada. Dengan dikumpulkan masyarakat
maka akan menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk menghasilkan kesepakatan bersama.
Pertemuan juga harus dilakukan dilain waktu lagi guna membahas pembentukan
kepengurusan organisasi yang ada.
0 komentar
Terima kasih telah berkomentar dengan bahasa yang sopan, positif, serta membangun