Type something and hit enter

author photo
Oleh On

 

Barang Bukti Kematian Santri Gontor
Barang Bukti Kematian Santri Gontor. (Sumber: Kompas.com)

5 September 2022
Setelah beberapa hari lalu membaca berita mengenai pembakaran santri di Sarang oleh temannya yang ternyata akar masalahnya adalah bullying, hari ini ramai di media massa maupun media sosial perihal seorang ibu yang melaporkan kejanggalan kematian anaknya di Pondok Pesantren Modern Gontor. Soal bullying (perundungan) di pesantren sampai ada korban meninggal bukan kabar burung belaka. Semua tempat se-dianggapsuci-pun itu tidak menutup kemungkinan hal seperti itu bakal terjadi.

Kasus terbesar penyebab santri ingin boyong selain karena sudah lamanya mondok dan tidak kuat menghapal—jika menerapkan sistem itu—adalah akibat penormalisasian bullying dan budaya senioritas tak tertulis.

Jika kampus—perguruan tinggi—dianggap sebagai menara gading yang mempunyai sistem dan dunianya sendiri yang terpisah dari masyarakat, maka pesantren bisa dianggap benar-benar miniatur (simulasi) kehidupan sosial di masyarakat. Ada ibarat jika di pondok mengambil jarum, maka di rumah (bakal) mengambil sapi.

6 September 2022
Obrolan pagi ini sedikit menyinggung kasus kematian akibat sesamanya di pesantren. Ternyata sebagian yang sudah pernah mondok di ponpes lain sebelumnya mengakui bahwa kasus seperti itu memang benar adanya, tidak hanya  terjadi satu atau dua kali. Tak peduli di pesantren salaf maupun modern, oleh santri "reguler" maupun pengurusnya sendiri.

Kebanyakan kasus bullying, penganiayaan dan kematian di lingkungan pendidikan seperti itu yang diekspose tak jauh dari IPDN atau sekolah yang bersistem semi militer lainnya. Namun sebenarnya pendidikan bersistem keagamaan banyak hidden case yang tidak sedikit juga sengaja ditutup-tutupi. Dianggap "adat", tapi keburukan tetaplah keburukan, sudah sangat melenceng dari segi manapun dan sudut pandang apapun.

Tidak perlu jauh-jauh ngomongin agama walaupun memang di tempat yang ilmu agama di pelajari secara mendalam. Bila bakal dimentahkan, "Ah terlalu mabuk agama". Toh ghosob yang nyatanya haram juga semacam kebiasaan abadi yang sangat lestari. Bahkan dari segi manusia normal yang berakal dan masih waras, hal-hal seperti itu adalah kesalahan besar.

Tau dosa besar yang tidak diampuni selain syirik? Yaitu dosa kepada sesama manusia yang korbannya tidak memberikan maaf. Ibarat sudah hampir masuk surga, tapi mentok 1 cm di depan pintunya, akibat lehernya terikat kencang oleh kata maaf yang tidak pernah didapatkannya.


Ketika kabar kematian karena penganiayaan sudah dirilis oleh media-media secara resmi
FAKTA! Meninggal di pesantren apabila tidak punya penyakit bawaan memang perlu dicurigai. Semua yang berbasis pesantren—tidak peduli kecenderungan ajaran yang dianutnya—selama ini masih banyak yang tertutupi.

Sanksi bagi pelaku dengan hanya mengeluarkan dari pondok dan memulangkan kepada orang tuanya bukanlah sebuah solusi yang tepat. Penegakan hukum positif perlu dilakukan. Pelaku tetap harus dipenjara.

Kebusukan pihak pesantren dalam menutupi kasus bullying di lingkungan lembaga, penyebab kematian santri, dan upayanya untuk kebal hukum adalah suatu dusta dan zalim yang sangat keji.
_______________
Catatan singkat 5-6 September 2022, menyoal kematian salah satu Santri Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor akibat dianiaya sesamanya.

0 komentar

Terima kasih telah berkomentar dengan bahasa yang sopan, positif, serta membangun