Jangan Sekadar Mimpi
Melihat namanya saja
semua orang bisa mengetahui kalau Universitas Sebelas Maret (UNS) berdiri pada
tanggal sebelas maret, lebih tepatnya diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976.
Sehingga di tahun ini UNS tepat berusia 41 tahun. Usia yang masih sangat
"belia" bagi sebuah perguruan tinggi.
Dalam memperingati
hari jadinya UNS mengadakan dies natalis. Dies Natalis UNS kali ini mengambil
tema "Penguatan Otonomi UNS Menuju World Class University (WCU) berbasis
Keunggulan Budaya Nasional". Sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi
didengar civitas akademika UNS. Karena dengan poin yang paling ditonjolkan
"Menuju WCU" selalu muncul dalam berbagai kesempatan, seperti
seminar-seminar, upacara, perkuliahan, bahkan Prof. Dr. Ravik Karsidi selaku
Rektor UNS juga tak luput memperkenalkan istilah tersebut saat Program Kenal
Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). Suatu usaha yang cukup baik melalui pengenalan
dan penanaman motivasi agar tujuan besar itu terwujud.
Menyoroti tema itu,
kita bisa membaginya menjadi beberapa kata kunci, yaitu penguatan otonomi UNS,
WCU, dan keunggulan budaya nasional. Agar lebih memahaminya mari kita bahas
satu persatu.
Pertama, otonomi UNS.
Poin ini mempunyai keterkaitan dengan poin yang akan dibahas selanjutnya, yaitu
WCU. Otonomi kampus sangat diperlukan UNS sebagai salah satu dari sekian syarat
agar menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), yang selanjutnya
bisa menjadi WCU. Dimana untuk memenuhinya sebuah perguruan tinggi harus
mempunyai pendapatan mandiri tanpa bantuan pemerintah minimal 100 milyar
rupiah, sedangkan UNS sendiri baru memiliki income sebesar 30 milyar rupiah.
Masih jauh dari target. Sehingga banyak upaya yang dilakukan diantaranya dengan
membuat air kemasan "unsQua" dengan berbagai tipenya. Ditambah lagi
dengan rencana pembangunan pusat bisnis terpadu, yang rencananya akan
menggunakan "bekas" kampua Mesen dan Tirtomoyo. Juga dengan
dibentuknya Rumah Sakit Pendidikan UNS.
Dalam mencapai otonomi
UNS, tentu tak luput dari berbagai permasalahan. Bisa kita ambil contoh
"penghianatan" Program Green Campus. Pernyataan itu bukan tanpa
alasan, Program Green Campus dengan salah satu poin mengurangi penggunaan
plastik kemasan menjadi tercoreng dengan adanya unsQua. Adanya Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dimiliki UNS sejatinya menjadi pendukung
program itu. Mahasiswa bisa hanya dengan membawa botol minum dari rumah lalu
mengisinya secara gratis melalui water dispenser yang tersebar di setiap tempat
di UNS. Sehingga dengan begitu seharusnya penggunaan air minum dalam kemasan
botol sekali pakai bisa dikurangi, bahkan dihindari.
Selanjutnya rencana
pembentukan fakultas keolahragaan, dimana gedungnya akan dibangun menggunakan
lahan dekat fakultas teknik. Apabila ini terealisasikan maka wajah UNS sebagai
Green Campus peringkat 5 Indonesia dan 76 dunia tercoreng. Pasalnya sebuah "kampus
hijau" mestinya wilayahnya memiliki minimal 40% pepohonan. Bangunan hanya
boleh sebanyak 60%. Dengan rencana itu, bisa saja penebangan pohon dilakukan,
sehingga jumlahnya akan berkurang menjadi kurang dari batas minimal sebuah
"kampus hijau". Rencana pembentukan fakultas keolahragaan dari
penggabungan dua program studi keolahragaan, serta rencana pemindahan tempat
dari kampus Mesen ke kampus Kentingan bisa menimbulkan spekulasi baru. Dimana
kampus yang ditinggalkan juga akan dijadikan pusat bisnis terpadu untuk
menambah pemasukan UNS.
Kedua, WCU. WCU atau
universitas kelas dunia menjadi cita-cita tetbesar yang ingin dicapai UNS.
Sebuah predikat yang bisa menyadarkan semua pihak bahwa UNS tidak bisa
dipandang remeh. Mendapatkan predikat WCU bukan hal yang mudah seperti
membalikkan telapak tangan. Perlu adanya perbaikan dari segala aspek kehidupan
kampus, mulai dari sarana dan prasarana (sarpras) hingga sumber daya
manusianya.
UNS sangat giat dalam
hal perbaikan dan memperindah sarprasnya. Kita tengok saja pembangunan
perpustakaan tujuh lantai, yang semakin mengusahakan kenyamanan para
pengunjungnya. Akan tetapi perbaikan sarpras tersebut jangan sampai dijadikan
ajang persaingan dengan perguruan tinggi lain, dengan harapan bisa dinilai jika
UNS lebih "wah", yang nantinya fungsi UNS sebagai tempat mencari ilmu
menjadi terbiaskan oleh hal semu yang tidak menjadi tujuan utamanya.
Dalam memperbaiki
kualitas sumber daya manusia, UNS mempunyai semboyan "ACTIVE" yang
merupakan sebuah akronim. Semboyan tersebut harus dimiliki oleh semua sivitas
akademika UNS melalui penanaman dalam jiwa dengan realisasinya. Tindakan nyata
yang telah dilalukan adalah pemberian dana apresiasi bagi mahasiswa yang
mempunyai prestasi. Hal itu menjadi motivasi agar ada persaingan untuk berprestasi
antarmahasiswa.
Ketiga, keunggulan
budaya nasional. Sebagai sebuah perguruan tinggi yang berada di kota budaya,
semestinya UNS bisa menjadi percontohan dalam melestarikan budaya setempat. Hal
unik yang ditunjukkan UNS dalam upaya merawat budaya daerah sebagai bagian dari
budaya nasional. Berada di pusat budaya Jawa, UNS menunjukkan perhatiannya
melalui pusat kebudayaan Jawa, Institut Javanologi UNS. Disisi lain seolah UNS
enggan menunjukkan kebudayaan nasional, dengan berbagai fakta yang ada salah
satunya perubahan nama Pusat Pendidikan dan Pelatihan UNS (PUSDIKLAT UNS)
menjadi UNS Inn.
Dengan mengetahui
poin-poin besar dari Dies Natalis UNS ke-41, baik dari permasalahan maupun
keunggulannya, menjadi langkah untuk mewujudkan tujuan besar tersebut. Dengan
cara memperbaiki dan meminimalisasi permasalahan yang ada. Disamping itu,
keunggulan yang telah dimiliki perlu dimaksimalkan. Sehingga mimpi besar UNS
menjadi WCU bukan sebuah isapan jempol belaka.
Referensi:
1.http://solo.tribunnews.com/2017/03/01/dies-natalis-41-uns-perkuat-otonomi-kampus
2. http://saluransebelas.com/air-spam-unsqua-uns/
0 komentar
Terima kasih telah berkomentar dengan bahasa yang sopan, positif, serta membangun