Juara 1 Lomba Menulis Artikel Hari Santri Nasional 2016, LTN PWNU Lampung
sebagai Warga Negara dan dengan Pengetahuan Islam yang Luas
Demokrasi terus digaungkan di setiap sudut negeri ini. Ya. Hanya mendengar istilah demokrasi dan demokrasi lagi. Tanpa mengetahui apakah makna sesungguhnya dari kata demokrasi. Mulai dari kalangan intelektual, priyayi, kaum abangan, bahkan santripun tak asing dengan “demokrasi”. Di setiap kesempatan yang katanya pesta demokrasi – entah benar-benar demokratis atau tidak – semua orang terus dibingungkan. Dihadapkan dengan pilihan mana yang tepat yang harus dipilih. Dan tak bisa dipungkiri juga, bahwa kebanyakan dari mereka hanya manut tanpa tahu maksud pemilihan tersebut, baik pemilu, pilpres, pemilukada, pilkades, dan “pil-pil” yang lainnya.
Dari contoh tersebut salah
satu yang kurang paham dengan pesta demokrasi adalah santri. Mengapa santri? Menurut
pengalaman penulis sendiri. Atau mungkin penulis sendiri yang merasakan atau
karena penulis yang saking kurang ilmunya, sehingga tidak memahami demokrasi. Saat
ini kebanyakan santri dari pondok pesantren tidak hanya belajar kitab-kitab
kuning, namun banyak yang juga sekolah “umum”. Namun hal tersebut belum
menjamin kepahaman santri tentang politik demokrasi di Indonesia ini. Karena
kebanyakan kehidupan di pesantren cenderung bentuk dari kawula. Apa yang
dilakukan kiai akan dicontoh santrinya, begitupun dengan apa yang dipilih kiai
akan menjadi pilihan santrinya pula. Hal tersebut malah menjadikan seringnya
kehidupan demokrasi dikalangan santri – sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia – kurang begitu berjalan semestinya.
Salah satu sebab kurang
hidupnya suasana demokrasi ke-Indonesiaan di pesantren adalah kondisi
pesantren. Apa hubungan kondisi pesantren dengan demokrasi ke-Indonesiaan? Apabila
ditelisik lebih dalam lagi hal ini disebabkan karena politik praktis keduniawian.
Pesantren juga membutuhkan dana untuk menghidupi keberlangsungan segala
kegiatannya, termasuk pembangunan fisik pesantren. Hal tersebut tidak menjadi
masalah, bila sang kiai memang telah mempunyai biaya yang cukup dan mendapatkan
dukungan masyarakat sekitar. Namun akan menjadi masalah apabila biaya untuk
pembangunan pesantren tidak ada, apalagi jika kekurangan dukungan dari
masyarakat. Sehingga pesantren akan menjadi sasaran yang empuk bagi
kalangan-kalangan politisi tertentu (baca: oknum politisi). Mengingat suara
dari kalangan pesantren sangat besar dan berpengaruh didunia perpolitikan.
Biasanya oknum tersebut akan mengajak kiai untuk memilihnya, tentu dengan
meminta santri-santrinya untuk memilih oknum tersebut pula. Dengan demikian
pesantren bisa mendapatkan “hibah” biaya untuk pembangunannya. Meskipun tidak
semua pesantren seperti tersebut.
Sebisa mungkin para kiai tidak terjun ke dunia politik praktis. Setidaknya tidak menggiring para santrinya untuk wajib memilih golongan tertentu. Sehingga dengan begitu, dunia pesantren akan menjadi netral dan lebih demokratis.
Seperti yang telah dipaparkan
suara santri sangat berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia. Maka sangat
diperlukan pengarahan yang tepat, terutama santri yang mayoritas notabene
sebagai pemilih pemula. Agar santri-santri bisa ikut andil dalam pembangunan
Indonesia dibidang politik. Serta diperlukannya penanaman jiwa demokrasi kepada
santri, sehingga santri tidak akan buta lagi soal demokrasi politik Indonesia.
Karena apabila santri memahami betul demokrasi maka tindakannya dalam ranah
politik akan lebih terarah. Dengan demikian kemajuan Indonesia di tangan santri
akan menjadi hal yang nyata.
Santri dan Pesantren Netral,
Demokrasi Terwujud
Lomba Menulis Artikel Hari Santri Nasional Kategori Mahasiswa/Pelajar/Santri, LTN PWNU Lampung |
Menurut penulis inilah yang
harus dilakukan oleh santri dan pesantren netral dalam hal politik. Mengapa
demikian? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa santri bisa memiliki
jiwa demokratis, apabila pesantren sebagai tempatnya mencari ilmu tidak terjun
dalam politik praktis. Sehingga santri bisa memilih suatu partai dan pemimpin
yang didukung, tentu dengan prinsip pemilihan yang LUBER JURDIL.
Namun pesantren tidak hanya
lepas begitu saja. Kiai sebagai penyampai ilmu, perlu melakukan penanaman
pemahaman tentang demokrasi. Karena dalam prinsip-prinsip Islam telah ada
anjuran untuk berpolitik yang demokratis. Seperti yang telah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad Saw. dalam mendirikan Negara Madinah, yang sangat demokratis
tidak mengucilkan yang minoritas dan memberi hak yang sama. Kiai yang lebih
memahami tentang ilmu agama maupun sejarahnya diharapkan bisa menumbuhkan jiwa
demokrasi dalam santri. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan mayoritas
muslim terbesar di dunia. Indonesia juga mempunyai NU sebagai ormas Islam
terbesar. Dengan NU sistem pendidikan sudah diterapkan dari dulu dalam
pesantren, yang jumlahnya sangat banyak di setiap penjuru. Akan menjadi
kesempatan yang sangat baik bagi santri dalam memilih pemimpin tanpa ada
“paksaan”, dengan ikhlas sesuai hatinya. Tindakan tersebut menjadi salah satu
bentuk dari santri untuk membangun negara ini. Karena bila santri memilih tanpa
paksaan, dan yang dipilih bisa amanah, membawa kemajuan, kemakmuran, dan
kebaikan bagi Indonesia, berarti politik demokrasi berjalan dengan semestinya
seperti harapan. Dalam hal ini santri telah melakukan kewajibannya sebagai
warga negara dalam hal politik dan dalam Islam, yaitu ikut memilih pemimpin.
Karena tidak akan maju suatu kelompok atau negara tanpa adanya seorang
pemimpin. Yang ada hanya perselisihan antar individu.
Leadership bagi Santri menjadi Pelaksana Cita-cita Bangsa
Bangsa Indonesia memiliki
dasar negara yang disebut Pancasila. Karena didalamnya memang mengandung lima
hal yang menjadi kepribadian bangsa. Dalam Pancasila sila ke-4 yang berbunyi,
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,” disana tercermin bentuk politik Indonesia, yaitu
berdasarkan musyawarah mufakat. Pancasila tersebut sejalan dengan ajaran dalam
agama Islam, tentu para santri sudah tidak asing lagi. Dalam al-Quran sendiri
musyawarah seringkali difirmankan oleh-Nya. Banyaknya ayat tentang musyawarah
dalam al-Quran, antara lain QS. Al-Baqarah:23, QS. Ali Imran:159, QS
asy-Syura:38, dan masih banyak lagi.
Tentu sebagai santri hal
tersebut menjadi kelebihan yang dimilikinya dalam dunia politik. Karena sebagai
warga negara dan pegetahuan ke-Islamannya yang luas dan mendalam. Hal ini harus
bisa dimanfaatkan dengan baik. Santri bisa mengamalkan ayat-ayat al-Quran
sekaligus mengamalkan Pancasila sila ke-4. Dengan meningkatkan jiwa
kepemimpinan atau bahasa “kerennya” adalah leadership. Leadership
dikalangan santri harus dipupuk dengan baik agar saat kembali dalam masyarakat
dan mengabdi, santri bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat yang notabene
kaum awam. Leadership dalam diri santri merupakan bentuk peneladanan
terhadap sifat Rasulullah Muhammad Saw. Sang Pembawa Cahaya Islam.
Santri dengan jiwa leadership
yang kuat akan menjadi hal yang bermanfaat bagi Indonesia. Karena santri
dengan leadership tersebut bisa akan membawa perubahan menuju kemajuan
bagi masyarakat. Sehingga masyarakat sekitar menjadi berpikiran ke depan dan
menjadi sejahtera. Bila masyarakat bisa hidup sejahtera dengan kepemimpinan
santri, maka santri sudah ikut melaksanakan salah satu cita-cita Indonesia
dalam UUD 1945, yaitu makmur. Dalam hal ini penulis mengartikan makmur sebagai
kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat.
Buku Santri dan Pendidikan Politik |
Peran Pemerintah Daerah
dalam Pengalaman Politik bagi Santri
Pemerintah daerah dalam hal
ini dibawah kebijakan KPUD sangat penting dalam menanamkan jiwa politik dalam
diri seorang santri. Seperti yang telah diungkapkan, “...Santri sebagai Pemilih
Pemula” tentu santri belum begitu paham bagaimana berperan yang baik bagi
politik negeri, dalam hal ini dengan ikut berpartisipasi di setiap ada pemilu
atau sebagainya. Disinilah peran KPUD bagi santri.
KPUD diperlukan dalam hal
sosialisasi teknis dan psikis, tentang bagaimana memilih yang benar bagi santri
sebagai pemilih pemula. Sosialisasi teknis bisa diberikan dengan cara memberi
tahu bagaimana memilih yang benar. Misalnya apabila dengan sistem contreng,
maka pencontrengan yang benar dijelaskan dengan satu calon saja yang dipilih;
contreng tidak boleh keluar kotak calon; pencontrengan boleh dibagian foto
calon, nama, atau nomor calon. Apabila menggunakan sistem coblos, maka
pencoblosan dijelaskan dengan cara dicoblos satu kali hingga tembus; surat
suara tidak rusak dan robek; hanya mencoblos satu calon saja; tidak boleh
mencoblos diluar kotak calon; tidak boleh mencoblos diruang kosong antara satu
calon dengan calon lainnya; dan pencoblosan boleh dilakukan di nomor calon,
foto calon, atau nama calon yang dikehendaki.
Hal teknis yang juga sangat
perlu disampaikan baik sebelum maupun sesudah pemilihan. Sebelum pemilihan maka
santri harus memenuhi syarat sebagai masyarakat yang memiliki hak pilih di
daerah asalnya, antara lain WNI, dan sudah memiliki e-KTP dengan syarat saat
hari H usia sudah mencapai tujuh belas tahun, atau sudah menikah. Saat
pemilihan santri harus datang ke tempat pemungutan suara (TPS) sesuai tempatnya,
tidak boleh diwakilkan, santri mengantri untuk mendapatkan kartu suara. Setelah
mendapatkan kartu suara santri menuju ke bilik suara yang sudah disediakan oleh
panitia pemilihan, kemudian memilih calon yang diinginkan sesuai dengan
ketentuannya. Setelah memilih maka kartu suara dilipat kembali dan dimasukkan
kedalam kotak suara. Sesudah pemilihan, maka santri diberikan arahan untuk
mencelupkan jari kelingkingnya sedikit ke tinta, sebagai tanda bahwa santri
tersebut telah memberikan hak suaranya dalam pemilihan tersebut. Sehingga tidak
dikhawatirkan memilih ganda, karena hal tersebut merupakan contoh tindakan
kecurangan dalam politik.
Baca juga: Toponimi Desa Tuyuhan: Tinjauan Folklor dalam Kajian Arkeologi Sejarah (Historical-Archaeology)
Sedangkan dari sosialisasi
psikis, dilakukan dengan cara memberi arahan kepada santri bagaimana pentingnya
menyumbangkan suara dalam pemilihan. Karena satu suara menentukan nasib bangsa.
Kalimat yang sudah terbiasa ditelinga saat menjelang pemilihan-pemilihan. Namun
memang benar. Jangan sampai seorang santri bosan dengan arahan tersebut. Santri
juga diberi arahan untuk menentukan pilihannya dengan tepat. Tidak asal pilih.
Tidak ngawur apalagi ikut-ikutan yang lainnya. Melainkan menentukan
pilihan dengan melihat calon dari visi dan misinya untuk masyarakat dan Bangsa
Indonesia. Tentunya dengan visi dan misi yang realistis dan bisa dipegang,
bukan hanya visi misi yang terlalu muluk, susah untuk dicapai, sehingga akan
berakhir sebagai bualan belaka. KPUD diharapkan bisa menarik hati santri untuk
mau dalam menyumbangkan suaranya, tidak hanya golput enggan memilih, merasa
acuh tak acuh dengan nasib bangsanya sendiri. Karena seperti yang telah
diungkapkan bahwa memberikan suaranya dalam pemilihan, berarti santri tersebut
telah ikut membawa nasib bangsanya ke arah yang lebih baik.
Dari semua paparan di atas, maka bisa diketahui bagaimana sangat pentingnya peran santri dalam kehidupan politik
di Indonesia ini. Sehingga kebanyakan santri sebagai pemilih pemula perlu
ditanamkan rasa tanggung jawabnya. Rasa tanggung jawab dalam menjalankan
perintah agama, maupun rasa tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.
Karena bagaimanapun juga, bila santri bersikap emoh atau tidak peduli
dengan politik, maka sama artinya kalau mereka tidak peduli terhadap kemajuan
dan kemakmuran negaranya. Hal tersebut akan menjadi arti bahwa seorang santri
sudah tidak peduli dengan keimanannya sendiri. Mengapa? Karena Islam
mengajarkan hubbul wathan minal iman, cinta tanah air sebagian dari
iman. Sehingga bila santri tidak mau berpartisipasi dalam dunia perpolitikan
Indonesia, bisa dikatakan mereka tidak menginginkan pembangunan Indonesia
berjalan dengan baik. Namun sebaliknya bila santri berperan aktif dalam politik
Indonesia, maka berarti santri tersebut sudah ikut menyukseskan jalannya
pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia.
nulampung.or.id (LTN PWNU Lampung)
Pemenang Lomba Artikel Hari Santri Nasional PWNU Lampung
Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU Lampung Terbitkan Buku Santri
nu.or.id (NU Online)
Ini Daftar Pemenang Lomba Artikel Hari Santri Nasional PWNU Lampung
LTN Lampung Terbitkan Buku Santri
nulampung.or.id (LTN PWNU Lampung)
Pemenang Lomba Artikel Hari Santri Nasional PWNU Lampung
Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU Lampung Terbitkan Buku Santri
nu.or.id (NU Online)
Ini Daftar Pemenang Lomba Artikel Hari Santri Nasional PWNU Lampung
LTN Lampung Terbitkan Buku Santri
Sumber: Akun Instagram Santri Design Community |